Kamis, 26 April 2012

IMPIAN TERINDAH


Sejak kecil aku sudah mempunyai sebuah impian, yaitu menjadi seorang pemain sepak bola terbaik dunia. Mungkin juga itu adalah impian setiap anak laki-laki di jagat raya ini. Namun terkadang, saat aku bermain bola aku merasa berbeda dari yang lainnya. Aku merasakan kenikmatam yang luar biasa dan kebahagiaan yang tiada tara. Setiap masalah yang ada seakan hilang seketika saat aku bermain sepak bola.


Setiap saat aku hanya ingin bermain sepak bola, saat santaipun aku hanya mengkhayal suatu saat aku akan mewujudkan impianku. Aku ingin menjadi seperti idolaku. Bagi orang-orang yang selalu mengikuti perkembangan sepak bola internasional nama ini tidak asing namun gaungnyapun kurang nyaring. Dia adalah Alessandro Del Piero. Seorang ikon, kapten, leader dan top scorer sepanjang masa Juventus. Aku sangat ingin menjadi seperti dia. Walaupun banyak bintang-bintang yang lebih bersinar namun sejak kecil aku sudah mengidolakan Del Piero. Sebuah pertanyaan besar dalam hidupku yang sampai saat ini belujm terjawab. Apakah aku menyukai sepak bola dulu baru aku mengidolakan Del Piero atau Del Piero lah yang membuatku menyukai sepak bola?


Del Piero bukanlah C. Ronaldo, Lionel Messi ataupun Kaka, pemain-pemain yang bertalenta luar biasa dan pernah mendapat gelar pemain terbaik dunia. Pengakuan atas kehebatan seorang pemain sepak bola dan gelar yang sangat kuinginkan juga Del Piero belum pernah meraihnya. Namun bagiku Del Piero tetap nomor satu dihatiku. Dia mempunyai berbagai karisma yang membuat dia istimewa di hatiku.


Jiwa kepemimpinannya yang sangat tinggi dimilikinya, yang menjadikannya kapten Juventus yang paling dicintai warga Turin, kota asal klub Juventus. Baik teman ataupun lawan selalu menaruh hormat terhadapnya. Del Piero juga pemain yang bersahaja, terbukti dari kehidupan pribadinya tidak pernah terdengar gosip miring tentangnya. Gaya kehidupan glamour yang biasa dimilki pemain sepak bola terkenal tak pernah ada padanya. Diapun juga jarang tersorot kamera paparazzi.


Kehebatan Del Piero di lapangan adalah skill individunya. Gaya bermainnya dan yang paling termahsyur darinya adalah tendangan free kicknya. Setiap ditanya rahasia kehebatan free kicknya, dia selalu menjawab, saat dia akan menendang bola dia melihat dulu posisi kiper lawannya, apabila ada celah yang kosong dia akan mengarahkan bola ke celah yang kosong itu. Tendangannya tidak begitu keras tapi tingkat akurasinya sangat tinggi. Karena bukan kecepatan yang membuat bola masuk gawang tetapi ketepatan akurasinya.


Del Piero mempunyai beberapa julukan tetapi yang paling terkenal ada dua yaitu "Il Venomeno Vero" dan "Il Pinturicchio". Julukan yang pertama pasti mudah dimengerti karena artinya adalah "Sang Fenomena yang Sesungguhnya". Tapi yang kedua punya makna yang dalam. Pinturicchio adalah pelukis terkenal pada masanya. Dia sangat berbakat bahkan dia mampu mengalahkan gurunya. Seperti itulah Del Piero. Dia sanggup mengalahkan Roberto Baggio, pemain yang juga sangat hebat.


Karisma terakhir Del Piero adalah sesuatu yang begitu mulia yang jauh lebih dahsyat ketimbang catatan angka semata. Karisma itu bernama loyalitas. Del Piero sudah membela Juventus selama kurang lebih 17 tahun. Dia sangat loyal terhadap klubnya. Pada jaman dimana uang dan gengsi mulai membutakan pemain untuk pindah klub, Del Piero justru membuktikan bahwa kesetiaan tak bisa diibeli dengan setumpuk uang. Kendati tawaran banyak bermunculan ditambah terdegaradasinya Juventus ke Serie B, Del Piero tetap setia. Berkat loyalitasnya itu, Del Piero menyandang status sebagai pemain Juventus dengan partai terbanyak dan Top Scorer sepanjang masa klub peraih scudetto terbanyak Italia. Dan itupun masih akan bertambah karena dia masih menjadi andalan Juventus.


Mungkin itu sebagian kisah tentang idola abadiku, Del Piero. Bagiku dia seperti bintang di malam hari, walaupun sinarnya tak secerah bulan tetapi dia akan ada di setiap malam. Tidak seperti bulan yang membutuhkan waktu untuk mencapai purnamanya. Del Piero akan selalu ada dihatiku, dialah motivatorku dalam menjalani hidup ini. Sikap dan perilakunya menjadi teladanku. Singkatnya dialah yang membuat hjidupku bermakna. Menjadi seorang pemain sepak bolapun karenanya. Tetapi aku tetap sadar dan juga sudah tertulis dengan jelas di tulisan ini, ini hanyalah sebuah mimpi. Mimpi yang kusebut "Impian Terindah"

Jumat, 06 April 2012

SEJARAH DRUGHI


sejarah drughi

Drughi merupakan kelompok fans berat Juve yang paling utama di italia. Drughi awalnya dibentuk dari sisa Ultras Juve yang berasal dari kelompok Fighters, Indians dan Gioventu Bianconera. Drughi sekarang merupakan penguasa tribun selatan di Stadio Olimpico di Torino.
 Kelompok superter sejati Juventus yang pertama muncul di pertengahan tahun 70-an. Saat itu ada dua kelompok tifosi sayap kiri dan organisasinya masih belum bagus. Dua kelompok itu adalah Venceromos dan Autonomia Bianconera. Lalu di tahun 1976 terbentuklah 2 kelompok suporter ultras sejati Juve, Fossa Dei Campioni dan Panthers. Baru setahun kemudian kelompok tifosi ultras yang legendaris berdiri, Fighters. Kelompok ini diprakarsai oleh Beppe Rossi. Beliau merupakan tokoh yang sangat berpengaruh bagi seluruh tifosi Juve dan menjadi panutan para ultras muda di Turin.
Awal era 80-an kelompok-kelompok suporter baru bermunculan. Gioventu Bianconera, Area Bianconera, dan Indians adalah beberapa diantaranya. Dua kelompok ultras yang ekstrim juga berdiri di periode ini, Viking dan Nucleo Armato Bianconero (N.A.B). Dua kelompok ini benar-benar menjadi grup tifosi yang dihormati di dalam dan di luar Delle Alpi. Viking dan N.A.B adalah kelompok yang benar-benar mengingatkan orang pada kata hooligans. Itu dikarenakan mereka tidak pernah takut bertempur dengan supporter klub manapun di dalam atau di luar stadion. Tahun 1983 kelompok Juventini yang berbeda dibentuk untuk menjalani partai tandang pertama mereka ke Eropa (Liege, Belgia tahun 1983).
Tahun 1987 kelompok tifosi bersejarah Fighters akhirnya dibubarkan setelah berjaya selama 10 tahun. Penyebabnya saat itu karena terjadi banyak kekerasan dan perkelahian dalam partai tandang ke Florence, melawan rival Juve, Fiorentina. Sebagian besar anggota Fighters lama, bersama dengan anggota Indians dan Giuventu Bianconera, membentuk sebuah kelompok supporter ultras yang baru, Arancia Meccanica (Clockwork Orange). Nama ini terinspirasi oleh film Stanley Kubrick berjudul sama yang populer saat itu.
Nama itu menimbulkan kesan kekerasan dan negatif sehingga menimbulkan banyak masalah. Karena itu kelompok ini dipaksa untuk merubah nama kelompok mereka. Para fans sepakat untuk membodohi politisi kota Turin dengan merubah nama kelompok mereka menjadi Drughi. Drughi merupakan nama geng dimana tokoh utama film Clockwork Orange, Alex, bergabung. Lucunya, para politisi Turin terlambat menyadari hal ini. Drughi pun berkembang dan menjadi kelompok supporter terpenting dalam sejarah Juventus. Dalam kurun waktu antara 1988 sampai 1996 Drughi memiliki 10.000 anggota.

Quote: Pada tahun 1993 beberapa anggota Drughi memperoleh otonomi dan menghidupkan kembali kelompok tifosi lama, Fighters. Empat tahun setelahnya Fighters dan Drughi bersaing untuk menjadi yang terbaik di La Curva Scirea. Drughi menggantung banner mereka tepat di tengah La Curva Scirea Delle Alpi, sedangkan Fighters harus memasang banner mereka di sebelah kanannya.
Setelah Juve memenangkan Piala Champions atas Ajax tahun 1996, para supporter sangat bergembira dan memutuskan untuk berkolaborasi. Drughi, Fighters, dan beberapa kelompok kecil lainnya di La Curva Scirea memutuskan untuk bersama mendukung Juve dibawah satu nama, Black and White Fighters Gruppo Storico 1977. Nama Fighters pun memperoleh kembali kejayaan seperti awalnya tepat 20 tahun sejak kelompok supporter itu berdiri.